INDIMUS
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.

INDIMUS

KOMUNITAS INDIGO MUSLIM yang mewadahi diskusi pengenalan INDIGO bukan hanya melalui penelitian modern tetapi juga dari sudut pandang ISLAM
 
IndeksGalleryLatest imagesPencarianPendaftaranLogin
RADIO DAKWAH
Latest topics
» aku indigo bukan ya?
Pengobatan Alternatif: Antara Syirik dan Syariah Icon_minitimeTue Nov 27, 2012 3:29 pm by mazwar.azisabd

» assalamu alaikum
Pengobatan Alternatif: Antara Syirik dan Syariah Icon_minitimeTue Nov 27, 2012 2:54 pm by mazwar.azisabd

» SESUNGGUHNYA ALLAH TA’ALA ITU BERADA DI ATAS ‘ARSY-NYA YANG LOKASINYA TERLETAK DI ATAP ALAM SEMESTA
Pengobatan Alternatif: Antara Syirik dan Syariah Icon_minitimeTue Nov 27, 2012 2:48 pm by mazwar.azisabd

» Pengobatan Alternatif: Antara Syirik dan Syariah
Pengobatan Alternatif: Antara Syirik dan Syariah Icon_minitimeThu Sep 06, 2012 10:23 am by rarasati

» salam kenal
Pengobatan Alternatif: Antara Syirik dan Syariah Icon_minitimeSat Aug 25, 2012 7:58 am by uteute

» KOMPOSISI, PROSES PEMBUATAN & KEHALALAN VAKSIN
Pengobatan Alternatif: Antara Syirik dan Syariah Icon_minitimeSat Aug 11, 2012 3:23 pm by Admin

» IBU JANGAN BAWA AKU KE NERAKA
Pengobatan Alternatif: Antara Syirik dan Syariah Icon_minitimeFri Aug 10, 2012 4:33 pm by rarasati

» curahtku tentang indimus
Pengobatan Alternatif: Antara Syirik dan Syariah Icon_minitimeMon Jul 09, 2012 4:15 am by rarasati

» BENARKAH ADA INDIGO YANG BERASAL DARI KERAJAAN LAUT SELATAN DAN UTARA?
Pengobatan Alternatif: Antara Syirik dan Syariah Icon_minitimeSun Jul 01, 2012 3:18 pm by Admin

» INDIGO SALAHKAH?
Pengobatan Alternatif: Antara Syirik dan Syariah Icon_minitimeSun Jul 01, 2012 2:52 pm by Admin

Affiliates
free forum

Pencarian
 
 

Display results as :
 
Rechercher Advanced Search

 

 Pengobatan Alternatif: Antara Syirik dan Syariah

Go down 
PengirimMessage
rarasati

rarasati


Jumlah posting : 31
Join date : 11.01.11
Age : 32
Lokasi : Bumi Allah

Pengobatan Alternatif: Antara Syirik dan Syariah Empty
PostSubyek: Pengobatan Alternatif: Antara Syirik dan Syariah   Pengobatan Alternatif: Antara Syirik dan Syariah Icon_minitimeThu Sep 06, 2012 10:23 am

Pengobatan alternatif yang sering ”menjebak” umat Islam adalah pengobatan dengan menggunakan ayat-ayat Al-Quran dan dengan doa-doa berbahasa Arab. “Dokter”-nya pun tak jarang yang menamakan diri sebagai kiai atau ustadz, padahal di dalamnya terdapat unsur-unsur syirik

PRAKTEK pengobatan alternatif mengalami booming pada beberapa tahun belakangan ini. Peminat atau pasiennya membludak. Ia menjadi ”jalan pintas” untuk cepat sembuh dengan tarif terjangkau.

Yang menjadi persoalan, tidak sedikit praktek pengobatan alternatif itu ditengarai menjurus pada praktek perdukunan serta berbau syirik dan sihir yang diharamkan Islam.

MUI sudah mengeluarkan fatwa pada Mei 2006 tentang pengobatan alternatif ini. Intinya, pengobatan alternatif dibolehkan, dengan syarat tidak mengandung syirik dan sihir. Artinya, jika mengandung syirik dan sihir, jenis pengobatan yang kian digandrungi masyaraka ini diharamkan.

Beragam cara, modus, atau metode dilakukan dalam pengobatan alternatif, misalnya dengan mentransfer atau “memindahkan” penyakit kepada bintang seperti kambing, menggunakan kekuatan do’a, jampi-jampi, dan sebagainya.

Praktek “transfer penyakit” kepada hewan/kambing bahkan dikenal sejak lama, biasa dilakukan oleh para kahin (dukun, paranormal). Biasanya, pasien yang sakit diminta untuk membeli kambing untuk media pengalihan penyakit, lalu setelah dilakukan “transfer” penyakit, kambing tersebut disembelih.

Praktek pengobatan semacam ini, menurut Tim Konsultan Ahli Hayatul Islam (hayatulislam.net), bisa dipastikan menggunakan bantuan jin. Sebab, secara fithrah manusia tidak diberi kemampuan oleh Allah SWT untuk memindahkan suatu penyakit kepada makhluk atau benda lain, tanpa menggunakan media yang normal.

Karena menggunakan bantuan jin inilah, praktek pengobatan seperti ini termasuk diharamkan, karena sudah mempraktekkan syirik. Menurut Ibnu Taimiyyah, sebagian besar jin bertugas untuk menyesatkan manusia. Atas dasar itu, bantuan yang mereka berikan kepada manusia, pasti ada kompensasinya. Jika ia mengajukan syarat yang bertentangan dengan Islam, maka kita tidak boleh menerima syarat tersebut.

Atas dasar itu, kebolehan meminta bantuan jin adalah kebolehan yang bersyarat, yakni jika kita bisa memastikan bahwa syarat-syarat yang diajukan oleh mereka tidak bertentangan dengan Islam, dan ada kepastian juga mereka tidak menggunakan media bantuan tersebut untuk menyesatkan manusia.

Jin sendiri adalah makhluk ghaib yang tidak ada seorang pun yang bisa menginderanya secara langsung, kecuali atas izin Allah. Untuk itu, pengobatan tersebut harus ditolak dan dihindari oleh orang yang imannya bersih.

Selain itu, ketika penyakit itu dipindahkan kepada hewan, maka tindakan itu sama saja dengan melakukan penyiksaan kepada hewan. Tindakan seperti ini tentunya tidak dibenarkan dalam pandangan Islam.

Para jin merupakan andalan para dukun dalam melakukan aksinya. Sedangkan dalam Islam, mendatangi dukun untuk berobat atau meminta pertolongannya, dilarang.

Dari Abu Hurairah ra., dari Nabi Saw, beliau bersabda: “Barangsiapa datang ke kahin (dukun), dan percaya apa yang ia katakan, maka sesungguhnya ia telah kafir terhadap apa yang telah diturunkan kepada Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam.“ (HR. Abu Daud).

“(Dia adalah Rabb) Yang Mengetahui yang ghaib, maka dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu.” (Al-Jin: 26).

Transfer penyakit ke hewan tentu hanyalah satu dari sekian praktek pengobatan alternatif yang berkembang dan diminati masyarakat belakangan ini. Selain pengobatan alternatif, hal lain yang juga berbau syirik karena meminta bantuan jin antara lain pengisian ilmu kesaktian, susuk, azimat, wafak, pengasihan, dan lainnya.

Bagi umat Islam, hal tersebut selain wajib dijauhi, juga bukan hal aneh, karena Allah Swt sudah memperingatkan dalam ayat-Nya: “Dan bahwasanya ada beberapa orang di antara manusia meminta perlindungan kepada jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka rahaqo” (QS. Al-Jin: 6).

Arti rahaqo dalam ayat ini, menurut Ibnu Qatadah, ialah dosa dan menambah keberanian bagi jin pada manusia. Rahaqo juga berarti ketakutan (Abul Aliyah, Ar-Rabi’, dan Zaid bin Aslam). Ketika jin tahu manusia minta perlindungan karena takut pada mereka, maka jin menambahkan rasa takut dan gelisah agar manusia semakin tambah takut dan selalu minta perlindungan kepada mereka (Tafsir Ibnu Katsir).

Menurut Imam Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Baz, takhayul, sihir, dan adu nasib memiliki lahan yang cocok untuk berkembang dan tersebar pada lingkungan-lingkungan dan masyarakat-masyarakat yang lemah di atas manhaj yang tidak bertujuan dan beragama dengan tidak benar. “Gelombang sihir, takhayul dan gejala-gejala sosial yang sakit dan ganjil disebabkan oleh jauhnya manusia dari Allah (agamaNya), serta keterikatan dan ambisi mereka terhadap dunia dan kenikmatan-kenikmatan materinya,” katanya (Risalah tentang Sihir dan Perdukunan).



ALTERNATIF DARI APA?

Istilah Pengobatan Alternatif per definisi menunjukkan adanya pengobatan utama atau biasa (normal), yakni pengobatan yang sesuai dengan ilmu kesehatan/kedokteran yang rasional.

Pengobatan alternatif adalah pengobatan cara lain di luar pengobatan secara medis. Pengobatan alternatif biasanya ditempuh setelah orang tidak berhasil disembuhkan melaiui pengobatan secara medis, atau ingin segera sembuh sehingga pengobatan medis dan alternatif ditempuh, atau juga karena tidak mampu/tidak mau berobat secara medis karena mahal sehingga menempuh pengobatan alternatif yang relatif murah.

Praktek pengobatan alternatif bisa dikelompokkan pada tujuh jenis:

Pengobatan dengan ramu-ramuan tradisional, antara lain dari daun-daunari, akar-akaran, kulit kayu, buah dan lain-lain.
Pengobatan dengan cara pijat/urut, seperti pijat biasa, pijat patah tulang (sangkal putung), pijat refleksi, tusuk jari, pijat elektrik, pijat dengan tenaga dalam dan lain-lain.
Pengobatan dengan mantra-mantra, dengan dzikir dan doa.
Pengobatan dengan cara-cara sihir, bantuan makhluk halus (Jin), dengan jimat-jimat penangkal dan pengusir penyakit, dengan media lain seperti memindahkan penyakit kepada binatang dan lain-lain.
Pengobatan dengan cara dices besi panas, dengan kekuatan magic, dan lain-lain.
Pengobatan dengan cara bekam, yakni mengeluarkan darah kotor dengan alat bekam.
Pengobatan dengan menggabungkan semua atau sebagian cara di atas. (amanahonline).

Pengobatan alternatif yang kini marak menggunakan berbagai nama, misalnya “Ananda Mana Loka” (meditasi dan yoga), “Anmu Peter Cung” (klinik akupresur, totok darah, dan pelangsingan), “Ashman Shakti Foundation” (pengembangan energi spiritual dan pengobatan alternatif), “Bio Energy Power” (teknik mengoptimalkan tubuh dalam mengobati diri sendiri atau autotherapy), “Djeng Asih” (ratu susuk Indonesia), “Ferizal Syukur” (paranormal), “Insan Laduni” (pengobatan alternatif cara Islam), dan “Karyadi Jokokardo” (ahli ilmu kebal dan kanuragan).

Selain itu, ada juga “Klinik Alternatif Winarto” (penyembuhan alternatif asma dan sesak nafas), “Psychotronica Indonesia” (bela diri dan pengobatan alternatif dengan tenaga metafisika), “Mbah Roso” (paranormal ahli pelet pengasihan, pagar usaha, santet, susuk, dll.), “MedikaHolistik”, “Metaenergi” (Seni Pernapasan dan Meditasi), “Nusa Persada”, “Pondok Thaharoh” (penyembuhan spiritual), dan masih banyak lagi.

Pada hakikatnya, pengobatan dengan cara apa pun adalah salah satu jalan atau wasilah kepada Allah untuk menyembuhkan suatu penyakit. Al-Quran menegaskan, “Jika kamu sakit, maka Allahlah yang menyembuhkan”. Ditegaskan Rasulullah Saw,

”Setiap penyakit ada obatnya, maka jika sakit telah diobati, ia akan sembuh dengan izin Allah.” (HR. Muslim).

“Berobatlah kamu, karena Allah Ta,ala tidak menaruh sesuatu penyakit, melainkan menyediakan obatnya, kecuali satu penyakit, yaitu penyakit tua” (HR. Ahmad dan Ashhabussunan).

Menurut KH. Didin Hafiduddin, pengobatan alternatif tidak menjadi masalah, asalkan tak melanggar syariat. “Artinya, segala doa dan ayat dapat dipertanggungjawabkan dan bisa ditelusuri sumbernya,” tegasnya (Republika).

Sebenarnya, kata Didin, pengobatan alternatif telah dikenal sejak dulu. Kini mulai marak dan menjadi alternatif bagi masyarakat dalam berobat. Pada masa Nabi Muhammad, pengobatan juga sebenarnya telah dikenal. Misalnya, dengan membacakan Al-Fatihah kemudian memegang bagian tubuh sahabatnya yang sakit. Kemudian sahabatnya pun merasa tenang dan sakit yang diderita sembuh.

Selain itu, juga menggunakan madu sebagai obat untuk menyembuhkan penyakit. Ini memang telah dilupakan orang. “Menurut saya wajar saja ketika masyarakat Islam ini banyak yang beralih ke pengobatan alternatif. Karena di samping adanya dampak negatif dari pengobatan medis yang selama ini berjalan, kenyataan lain, penyakit yang diidap oleh masyarakat kini semakin kompleks. Mereka pun tak hanya memerlukan perawatan atas penyakitnya namun juga ketenangan jiwanya,” paparnya. Mengenai transfer penyakit ke hewan, ia menegaskan, cara ini merupakan kedzaliman yang dilarang Islam.


RAMBU-RAMBU

Umat Islam harus sangat waspada dalam menempuh pengobatan alternatif, utamanya agar tidak terjerumus pada kemusyrikan yang dilarang Islam. Ada sejumlah amalan atau metode amalan yang diduga kuat berkaitan dengan “permintaan jin” yang dimintai tolong oleh dukun atau “orang pinter” yang mengklaim mampu melakukan pengobatan.

Ciri-ciri amalan dimaksud antara lain:

Pembatasan waktu amalan, misalnya khusus hari senin, malam rabu, malam jum’at, dan lain-lain.
Pembatasan tempat, misalnya harus di kuburan, di makam seseorang, harus di pinggir laut, dan sebagainya.
Pembatasan jumlah, misalnya harus wirid 999 kali, 100 kali, dan sebagainya. Karena dalam Islam, ibadah adalah keikhlasan, selain adanya syariah yang mengatur jumlah tersebut.
Pembatasan tata-cara, misal harus menghadap ke timur, ke tenggara, dan lain-lain.

Amalan “bid’ah” semacam itu biasanya ditujukan untuk memenuhi keinginan si jin, sehingga si jin mau membantu orang yang memintanya. Hal itu sudah mengarah ke syirik, dosa tak terampuni.

Selain amalan-amalan “aneh” seperti itu, banyak juga kasus kriminal yang muncul dari praktek pengobatan alternatif ini, misalnya penipuan, diperkosa atau dicabuli, dan sebagainya.

Umat Islam harus sangat hati-hati dengan bentuk-bentuk pengobatan alternatif, jangan sampai terjerumus pada lembah kemusyrikan atau berobat dengan cara dan hal yang diharamkan Islam.

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (QS. An-Nisaa’: 48).

“Sesungguhnya Allah menurunkan penyakit dan obat, serta menjadikan bagi setiap penyakit itu obatnya. Dari itu berobatlah kamu, tetapi jangan berobat dengan yang haram.” (HR. Abu Daud).

Tentu tidak semua pengobatan alternatif itu diharamkan. Yang diharamkan adalah apabila cara-caranya bertentangan dengan/merusak akidah Islam, dan jika jenis obat-obatnya berasal dari bahan yang diharamkan. Yang sering menjebak umat Islam adalah pengobatan dengan menggunakan ayat-ayat Al-Quran dan dengan doa-doa berbahasa Arab. “Dokter”-nya pun tak jarang yang menamakan diri sebagai kiai atau ustadz, tetapi di dalamnya terdapat unsur-unsur syirik. Wallahu a’lam. (MuslimToday.net).*
Kembali Ke Atas Go down
 
Pengobatan Alternatif: Antara Syirik dan Syariah
Kembali Ke Atas 
Halaman 1 dari 1

Permissions in this forum:Anda tidak dapat menjawab topik
INDIMUS :: Kesehatan :: Kesehatan-
Navigasi: