Bism Allah Ar Rahmaan Ar Rahiim,
Saya bukan ustadzah atau sosiolog atau budayawati yang punya latar belakang ilmu untuk merangkai berbagai teori. Saya hanya perempuan biasa yang ingin menuangkan ke dalam tulisan, kerisauan akan kondisi masyarakat saat ini terutama pengaruh berbagai media terhadap perkembangan generasi sesudah saya. Salah satunya media sinematografi yang di dalamnyalah terkreasi film ini. Film yang resensi dan thrillernya membuat saya miris karena di dalamnya berlakon orang-orang muslim sedangkan pesan yang dibawanya 100% pluralisme.
Bagi saya pribadi, seorang muslim memutuskan murtad (tokoh Rika) hanyalah wujud nyata dari :
"...Barang siapa diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barang siapa disesatkanNYA, maka engkau tidak akan mendapatkan seorang penolong yang dapat memberi petunjuk kepadanya." [Al-Qur'an Surat Al-Kahf (18) : 17]
Jika seseorang masih dalam taraf mempertimbangkan untuk murtad, nasihati dengan cara yang baik dan do'akan. Jika setelah dinasihati ia tetap murtad, maka berlaku :
"...lakum diinukum waliya diin.." [Al-Qur'an Surat Al-Kaafiruun (109) : 6]
Kita sangat boleh sedih, tidak terlalu perlu marah dan yang jelas tidak perlu anarkis. Allah sendiri yang akan "menangani" orang-orang seperti ini dan Allah adalah sebaik-baik pembuat tindakan.
Yang lebih merisaukan saya adalah penggambaran bagaimana "semestinya" seorang muslim dan muslimah (dalam tokoh Surya dan Menuk) bertoleransi. Penggambaran ini benar-benar menyesatkan.
Ada banyak contoh toleransi terhadap agama lain dalam Islam yang sudah dilakukan sejak jaman Rasulullah shalallahu alaihi wa salam menyepakati Piagam Madinah dan banyak kesepakatan-kesepakatan lain yang beliau shalallahu alaihi wa salam rancang. Blusak blusuk ke dalam rumah ibadah agama lain sampai-sampai dengan rela ikut ritual agama mereka seperti diwakili tokoh Surya atau terlibat dalam lingkungan yang jelas-jelas memperdagangkan barang haram seperti diwakili tokoh Menuk bukan termasuk contoh yang layak diangkat sebagai bahan pembelajaran bagaimana seorang muslim harus bertoleransi terhadap umat agama lain.
Singkat kata, saya menyebutnya : kebablasan.
Justru sisi mulia toleransi Islam terhadap umat agama lain dalam bentuk yg tidak menyimpang dari syari'ah (yg juga adalah realita, KALAU MEMANG REALITA YANG INGIN DIANGKAT) yg belum pernah diangkat ke permukaan. Mengapa bukan ini yang diangkat ke layar lebar?
(Umat) Islam sudah cukup babak belur dilanda propaganda busuk (yg terakhir adalah kasus perempuan menghilang lalu tiba2 muncul dalam keadaan sama sekali berbeda). Jika yg menjadi alasan pengangkatan kejadian2 spt di dalam film itu adalah "(cuma) mengangkat realita yg ada saat ini ke layar lebar", maka sungguh ini sama dg menggarami air laut atas propaganda busuk terhadap (umat) Islam.
Kita sudah sangat hafal dengan pemberitaan kejadian2 spt itu melalui berbagai media, mengangkatnya ke layar lebar ibarat menunjukkan "ini lho di pusat pembuangan sampah ada makanan basi."
Semoga tidak semakin banyak orang terbodohi oleh propaganda2 pluralisme dalam film2 seperti ini.
Semoga Allah menjaga kita dalam lindungan dan hidayahNYA dan memberi hidayah kepada mereka-mereka yang terlibat di dalam produksi film ini serta penggemar-penggemar film ini. Amin.
Dammam, Jum'at 15 April 2011.
UH